Wednesday, September 23, 2020

Aku, Buku, dan Kamu

Rabu, 23 September 2020

        Selamat sore, Blour. Kembali lagi bersama saya dalam tantangan menulis 30 hari yang tersendat-sendat. I am your one and forever author, Faiz Mahfudz, kali ini saya akan menulis tentang my favorite book. To be honest, I don't read a lot of books. Not that I don't want to, but every time I read, I immediately switch to power saving mode, even just a page and I will sleep in no time. Ehm. Aku salut kepada orang-orang yang bisa membaca dengan senangnya, tanpa rasa kantuk dan distraksi lainnya. Sepertinya aku pernah mencuitkan kalimat tadi. Why? Aku juga ingin bisa merasakan kenikmatan dalam literasi.
        Sejauh ini, buku yang selesai aku baca hanya dua...sepertinya...Eragon dan Call Me by Your Name. Aku meminjam novel Eragon dari teman SMAku dan aku selesai membacanya dalam tiga bulan ahahaha. Aku pun tertarik membacanya setelah menonton filmnya di televisi. Like wow, I really hope that there will be sequels like the books, but I dunno, doesn't look like there will be any πŸ˜” Saat membaca, ada kalanya aku mengulang dari awal karena aku lupa cerita sebelumnya. Aku juga membaca sembari membayangkan karakter dan latar yang diceritakan, jadi lebih lama. Bayanganku cukup terbantu dengan visualisasi yang aku peroleh dari film. Kemudian, berbeda dengan Eragon yang bergenre fantasi dan petualangan, CMBYN adalah novel drama romansa. Yup, aku tertarik membaca bukunya karena aku begitu menyukai filmnya. Mulai dari teaser, official trailer, kesedihan saat tidak lulus tayang di Indonesia (we been knew), sampai akhirnya aku bisa menulis review singkat wkkwkw. Tentu saja, seperti saat aku menonton filmnya, I am devastated after reading the book, I mean e-book. Now I have two other books, Xenoglosophilia (it's almost two years since I bought it lol and I haven't finished it) and Filosofi Teras, a  birthday present from my ex which I haven't even started.
        Eh! I forgot. I did read other books! Sewaktu SMA aku ada tugas untuk menulis mmmm ringkasan? atau resensi ya? Sepertinya ringkasan...novel berbahasa Inggris (tugasnya Ms. Tri itu guys). I picked By the Shores of Silver Lake, pinjam di Perpustakaan Jefferson a.k.a Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Prov. DIY bersama mantan (yang lain). Saat itu masih masa-masa pendekatan malah wkwkkw. Anyway, novel itu menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga yang pindah saat sang ayah mendapatkan pekerjaan. Kata guruku sih ceritanya agak membosankan karena (memang) konfliknya sedikit, saat aku membacanya juga disertai rasa kantuk. It was not really a good choice for that assignment, karena aku jadi harus memutar otak cukup jauh agar bisa memenuhi format tugasnya. Ah, seandainya aku sedang ada di rumah, ingin kufoto dan kuunggah di sini tugasnya.
        Buku satu lagi adalah novel remaja(?) atau kumpulan cerita ya? Lupus. Aku lupa judul lengkapnya, tapi aku meminjamnya dari perpustakaan sekolah saat aku masih duduk di bangku SMP, sepertinya bergenre komedi. Aku hanya ingat aku sering menahan tawa saat perjalanan pulang (naik bus). Novel itu menemaniku untuk beberapa hari antara Jogja dan Seyegan (ciaaaa). Dalam buku itu banyak sekali lelucon garing yang kuanggap sangat lucu kala itu (now I know where my cheesy sense of humor came from).
        Oke, sepertinya itu dulu cerita antara aku dan buku. Favoritku? Seperti halnya para mantan, masing-masing buku memberikan kesan tersendiri padaku. Kalau misal aku masih sayang, ngapain udahan? #lamismodeon #fucekboy #soklaku TIDAAAK TIDAK, bercanda sayang~~~ πŸ™ˆ Biar adil aku bikin honorable mention saja:
Another fantasy-adventure novel. Sepertinya kepunyaan ibuku.
Novel pertama yang kubaca dalam bahasa Inggris.


Genre teenlit(?). Punya kakak perempuanku.
Novel pertama yang kubaca dalam bahasa Indonesia.


Sunday, September 20, 2020

YOOOOO I'M BACK

Minggu, 20 September 2020

        Halo, Blour, ketemu lagi haha. Setelah berhari-hari aku tidak menulis, do you miss me? Haha. Ternyata susah juga konsisten untuk menulis setiap hari. Padahal sudah setengah jalan untuk menjadi rutinitas. Maybe I do need to take breaks, but was it too long? Jadi sudah sampai di mana kita? Hari ke-12, my favorite TV series. Can I do anime? Of course. As long as it is a series right. Sebelumnya aku mau menulis antara f.r.i.e.n.d.s atau How I Met Your Mother, tapi karena baru tadi aku menonton Sword Art Online War of Underworld Season 2 Ep. 11, how about anime instead? Bukan SAO sih yang mau aku tulis, melainkan Ansatsu Kyoushitsu atau Assassination Classroom.
The poster (source: https://myanimelist.net/anime/24833/Ansatsu_Kyoushitsu)
        Ansatsu ini series tahun 2015-2016, ada dua season. Menceritakan tentang kemunculan sesosok alien yang menghancurkan 70% bulan. He was like really OP (over-powered) and he then declared to destroy the earth as well. Strangely, he gave citizen of earth the chance to kill him with all of their might within a year. And um...ada SMP Kunugigaoka yang murid-muridnya ditempatkan dalam kelas berdasarkan nilai, urutan paling bawah adalah kelas E. Sepertinya karena murid-murid kelas E ini dipandang tidak memiliki masa depan yang bagus, akhirnya...alien ini...menginginkan untuk.....menjadi...guru mereka........😢I wasn't really feeling this when I watched it, but it does sound weird now ahahahahhaπŸ˜… tonikaku, I don't really mind. The show was entertaining, not too slow, not too fast. I can simmer myself in the story too (yes, I did cry like a baby in some episodes).
        Why this anime? Because it portrayed an ideal teacher image. How he personalized his way of teaching based on each students. How he spotted their strengths and weaknesses. Too perfect that I think it is not possible to exist. I am completely mesmerized. Somehow this anime encourages me to be a teacher as well. In addition to that, this anime also has ridiculous scenes like WTF kampret :)))) I like it. I think there is also a live action, but I haven't watched it.

Friday, September 11, 2020

A Sincere Wish on the Third Paragraph

Jumat, 11 September 2020

Selamat sore, Blour. Kali ini aku akan menulis tentang saudara kandung. Would this be another post of me ranting? Mungkin saking kurusnya, aku terlihat seperti itu *krik* haha. Gimana sih rasanya punya saudara kandung? Suka tidak suka menurutku. Senang karena ada teman bercerita, ada lungsuran barang, kadang juga ditraktir. Namun, karena aku anak terakhir, so pasti sering dibully, disuruh-suruh, dan kadang dianggap paling tidak tahu apa-apa. Memang ada benarnya, tapi tidak selalu. Habisnya kalau tanya, kadang malah kesannya diremehin. Kan jadi malas bertanya. Tapi nanti kalau tidak tahu, kok nggak tanya ceunah. Yaudahlah ya, mending tidak usah. Tapi yah, they say family will always be there, kan.

Despite the bittersweetness, I won't deny that I learned from them too and be who I am today. Aku bisa membaca, yang mengajari kakak perempuanku. Aku kenal game dari kakak laki-lakiku. Aku juga belajar dari pengalaman-pengalaman mereka, cerita-cerita mereka. Aku juga diingatkan dengan tegas apabila sikapku tidak sesuai dengan situasi. Can I repay them, tho, I wonder? Be a good brother.

Ah I wish that my life would be just fine, so I don't need to bother them with my problems. I want them to live their lives.

Terima kasih kepada gawaiku yang tiba-tiba keyboardnya tidak bisa berfungsi sehingga tulisan yang sudah selesai (belum sempat disave, baru memilih label/tags) harus hilang.

Thursday, September 10, 2020

Unspeakable Timeskip

Kamis, 10 September 2020

        Hey, Blour! Should I write or mention my best friend(s) here? Apa tidak terlalu banyak? Hahaha. Nggak sih, aku cuma punya beberapa sahabat saja. Tapi biarkan aku menulis satu saja ya, please, kalian yang tidak kusebut di sini tolong jangan coret aku dari daftar pertemanan kalian u,u Karena ini sudah pukul 11.18 WIB, mohon dimaklumi kalau saya tidak bisa menulis banyak. Ini saja aku tidak yakin bisa selesai sebelum berganti hari, tapi akan saya coba.
        Who is my best friend? Siapa lagi kalau bukan, Mono. Ealah, Mon. Kamu geli nggak baca ini? Atau kamu merasa tersipu malu? Ah pasti iya, aku tahu hahaha. He is by far the only person who knows me better than anyone else meskipun sepertinya aku tidak mengetahui dia lebih baik dari orang lain teman macam apa aku ini? tentu teman yang tidak tahu diri ahihihi. There are things that he doesn't know about me tho, because I feel like, I still need a privacy for myself. Kita pernah ngobrolin ini saat masih SMA, inget nggak? And I also respect his privacy too. Kalau dia mau cerita ya monggo I will listen, kalau tidak ya, aku tidak memaksa kecuali kalau dia terlihat seperti ingin dikorek wkwkwk.
        Pertama kenal gimana? monmaap ini malah kayak acara reality show Ya, dulu kenal pas satu kelas pendalaman materi. Kemudian dari pencarian sarung tangan, long story short, sampai sekarang (timeskip 10 tahun). Pernah berantem? Tidak hanya berantem lagi, Blour, pernah sampai tidak kenal satu sama lain saat kuliah. Punya kehidupan sendiri-sendiri, drama-dramaπŸ’©(mohon maaf kepada berbagai pihak yang terkena dampak), tapi siapa sangka? Setelah semua itu, kami bisa tetap berteman, maybe even closer than before and I actually feel grateful about that. Because I'm telling you, I am a shitty friend. Kadang aku terlalu egois, mau enak dan menang sendiri, but I'm trying to be a friend worth cherising, so....yeah.... *awkward smile*
        Apa yang membuatku dulu mencoba reaching out lagi? Karena aku berpikir dan merasa aku akan menyesal jika kehilangan seorang teman --so dear to me-- for whatever reason started the gap. Padahal kami banyak hal in common. So, yeah, I am glad I reached out that time. Iya kan? Aku yang gerak duluan kan ya? Tapi ya tidak akan bisa sampai sekarang kalau dia tidak memperbolehkannya. Mungkin karena perselisihan yang dulu terjadi pula, kami bisa sampai sekarang. Entahlah, mungkin memang seharusnya melewati fase itu.
        Oke deh, agak lewat beberapa menit karena harus mencari foto ikonik dulu :)) Sebagai penutup, kepada pihak-pihak yang terlibat, tolong jangan bully saya, aku mutungan 😠 wkwk. Peace, love, and gaul ✌
foto ikonik yang dimaksud (2014)

Wednesday, September 9, 2020

happiness?

what would be my happiness?

be able to show my affection to whomever I want without guilt of feeling unfair to others.
be appreciated.
be healthy.
be myself.
feel safe.
finish something.
have stable appetite.
mind my own business without getting the judgement as an uncaring person.
...
not get disturbed by mosquitoes, flies, and cockroaches.
not become a burden to anyone.
not causing trouble to anyone.
not losing chances, maybe.
...
...
...
trust someone...

without fear of getting betrayed.


I wonder why happiness could be so easy, yet sometimes it could be exhausting.

I never meant ill to anyone, tried my best to say the least. Is it not enough?
Is it too much, to ask for the same?

Tuesday, September 8, 2020

Untitled Track

Selasa, 8 September 2020

        I'm gonna dedicate this post to every music, every song that has given life to my barren self. Gravity by Sara Bareilles, Grow As We Go by Ben Platt, Cloud Atlas Sextet, Randevu by Dharma, Eulogy for Evolution Album by Γ“lafur Arnalds, Sentimental by Julian Velard, Adele, Ariana Grande, Blackpink, Red Velvet, Twice, As Long As I Have Music, and other masterpieces that I might not recall right now. The power of music is indeed amazing. Mereka bisa membantuku meluapkan emosi, menenangkan diri, bahkan menjadi motivasi. Terkadang mereka juga bisa membuatku tenggelam dalam kelabu. Ah...sepertinya tidak begitu positif ya, tetapi rasanya sedihku menjadi lebih cepat selesai setelah mendengarkan lagu-lagu sedih. Aku masih ingat pernah menangis di jalan ketika hujan karena singing along pada sebuah lagu...mmm Fireflies by Owl City.
        Kenapa ya, orang-orang bisa memainkan alat musik? Atau kenapa ya, suara mereka bisa jernih? Aku iri, serius, tapi aku juga kagum. Rasanya ingin hangout terus bersama mereka, bernyanyi diselingi deep talks mengenai makna dan tujuan hidup. Pasti menyenangkan. Serasa melupakan kenyataan dan pasti terkenang. Terkenang...kenangan. Ehm. Blour, selain aroma, menurutku suara juga berkaitan erat dengan memori. Ketika mendengarkan sebuah lagu, bisa teringat peristiwa yang lalu. Senang dan berbunga, malu yang membisu, bahkan bekas luka yang kembali lara *sigh* Itulah mengapa aku iri dengan mereka yang berbakat di bidang musik. Mereka bisa dengan bebas memutar memori, lagi dan lagi, bahkan ketika sendiri.

Monday, September 7, 2020

Life is A Pie

Senin, 7 September 2020

        Hey, Blour. *sigh* I am not having the exact mood to write, but I am trying to finish what I started. Today's story is about a favorite movie. Well I'm gonna tell you, I have a bunch so, I'll write you one which I keep in my device ahaha. Lemme mention it that way, cuz I don't want no trouble.
I'm not a big fan of pastry and anything too sweet,
but this movie is an exception πŸ₯§
        Waitress (2007) is a movie about Jenna, a woman, unfortunate enough to begin with I could say yet she has this wonderful gift to invent pies. She lives with a ruthless, unloving husband, all the bad things you could ever imagine. Seperti yang aku bilang sebelumnya, hidup Jenna cukup menyedihkan as in pitiful, not pathetic. She's been always been wanting to run away from his husband, starting a new life. Then one day, she is pregnant. Dimulai dari situ, kondisinya mulai rumit, ditambah pertemuan Jenna dengan dr. Pomatter --dokter kandungan pengganti dr. Mueler yang dulu membantu kelahiran Jenna-- He is a nervous, sweet, and ever loving man. Ya, mulai terbaca ya dari sini arah ceritanya? Okay, I won't tell you further because I don't want to spoil it.
        Film ini menitikberatkan pada Jenna yang merasa terjebak, tidak bisa beranjak dari suatu tempat, ditambah dengan kehamilan yang tidak dia inginkan yang membuatnya merasa semakin tidak bisa lepas dari kondisinya saat itu. Kenapa aku memilih film ini? Karena menurutku ceritanya cukup relatable, bisa dirasakan oleh banyak orang, salah satunya aku, tentu bukan dengan cerita yang sama ya kali aku hamil. Aku bisa berempati karena aku merasa tidak berkembang dan ingin memulai kehidupan yang baru saat ini. Rasanya aku tidak bahagia, tapi aku juga merasa masih bisa berjuang untuk itu. This movie is really captivating for me, tidak membosankan dari awal hingga akhir. Dibalut dalam genre comedy, drama, romance --my favorite genre-- PLUS ada makanan di dalamnya! I think I will never be bored. Adegan-adegan yang membuatku senang, sedih, haru, marah, dan...hangat. That's why I really love this kind of movie. Selain dari tokoh Jenna, karakter-karakter lain pun membawa arti yang besar. Becky dan Dawn rekan kerja sekaligus sahabat(?) yang saling mendukung satu sama lain. Joe, the owner of the diner, I think he is very sweet despite what he is trying to look like.
        Sepertinya ini ketiga atau keempat kali aku menonton film ini. Semakin sering kutonton, aku semakin bisa menangkap beberapa kalimat yang menurutku cukup mendalam. Salah satunya adalah ketika Jenna bertanya kepada Cal, apakah menurutnya dia laki-laki yang bahagia (a happy man)? Cal's answer didn't mean much to me back then, but now? It kinda does. Aku menulis ini sembari menonton filmnya, Blour, and I am certainly having my eyes dry like a pond in a rainy season.
        Just so you know, film ini juga dijadikan Broadway Musical with music and lyrics by Sara Bareilles. I would recommend anyone to have a listen to the album. I really hope someday I can break free from this cage that (I think) I'm trapped in, bring back the fire to my eyes and conquer this thing which slipped in without me knowing...and maybe watch the Broadway version live too 😊

Sunday, September 6, 2020

Status Quo

Minggu, 6 September 2020

        Hi, Blour! Today's topic is Single and Happy. Why would they be capitalized? Apakah mereka nama seseorang atau sesuatu? I can imagine someone named Happy, I have a friend with that name too, but who would name their child as Single? Haha. Okay, lemme start. First of all, I am not single. Second of all I am not happy. Aw, don't be sad. Tadi pagi saat aku mandi dan memikirkan kembali kalimat apa yang akan kugunakan untuk mengawali tulisan ini kemudian mendapatkan kalimat tersebut, I almost applied bodywash to my face, so, who am I kidding? I'm still single...but, happy? I'll tell you my story soon. Sebelum mulai, sepertinya ada lagu yang cocok untuk menemani Single Happy by Oppie Andaresta. Lagu zaman aku SMA, eh... *ngecek* rilis 2015??? Masa aku kuliah dong...perasaan aku tahu lagu ini dari radio dan waktu aku kuliah sudah jarang mendengarkan radio. Paling sering saat SMP dan SMA... *another memory fail*
        Anjirlah, kudengerin lagunya berkali-kali malah kalut -_- woy ah! Masih sore iniiiii πŸ˜–
        Ehm. Baik. Menurutku, single atau memiliki pasangan adalah sebuah pilihan. Yang merasakan juga aku sendiri. Tidak perlu lah untuk menuruti keinginan dan tekanan masyarakat, apalagi mengikuti trend bahwa harus memiliki pasangan emang ada trend kayak gitu? Milikilah pasangan saat sudah siap, pikirku. Karena sebuah hubungan pasti melibatkan orang lain, melibatkan perasaan juga kondisi mental mereka. I don't want to cause them heartache, because I don't like that feeling either (tapi kadang aku mengingat-ingat kenangan yang menyakitkan, just to feel that particular pain inside my chest sih) ....apakah aku seorang masokis.... Anyway, aku menulis begini bukan berarti aku tidak merasakan kesepian, some nights I do feel lonely, even on daylights, some days. Terkadang aku menginginkan apa yang dimiliki orang lain dalam konteks "punya pasangan". Because they seem to be happy. Memiliki seseorang yang peduli terhadap mereka, menghabiskan menggunakan waktu bersama, bercerita satu sama lain. Well, I do have friends and best friends to do that with, tapi seperti yang aku bilang sebelumnya, mereka memiliki kehidupan masing-masing. It wasn't a commitment. And I'm telling you, Blour, commitment scares me. I am horrified. Eh, bukan-bukan. Bukan berarti komitmen itu memiliki seseorang sepenuhnya, they can still live their lives, I don't own them in a literal way of speaking. Gimana ya? Aduh aku bingung. Kalau berteman kan semacam free spirit gitu, sedang ingin bercerita ke siapa ya terserah. Kalau sudah berkomitmen itu semacam ada sense of attachment(?) yang dirasakan satu sama lain...they rely on you and vice versa...AH pusing awak πŸ˜“ So, yeah, I choose to be single and I'm cool with that, but that doesn't mean I am 100% happy. Lebih karena pikiranku tentang bagaimana aku bisa menyakiti mereka, mengecewakan mereka yang membuatku berpikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk berganti status. Plus, I don't know what I want and what will be my path in the future. I don't want to waste their time. Jadi ya, menurutku ini lebih baik.
         Tadi kan aku sempat menyebut lonely, ya, Blour. Ngomong-omong soal kesepian, I enjoy being alone, tapi merasa kesepian? Shit, I don't like that. Kesepian itu berbahaya. Bisa memicu timbulnya pikiran-pikiran negatif dan jika berkolaborasi dengan rasa bosan, hmmm, segera cari pengalih pikiran. Menurutku sih begitu. They are enough to make you forget about your common sense and principles. I did some stupid and regretful actions because of them. I was careless and do I want to turn back the time? You have no idea. Jadi, untuk orang-orang di luar sana yang bisa bertahan dan terus melawan, bravo! You are doing great and please keep doing that! I am proud of you. Manfaatkan hal-hal yang bisa kamu gunakan. Karena tidak ada yang salah untuk mencintai diri sendiri (asalkan tidak merugikan orang lain). Mungkin orang lain akan melihat dengan tatapan aneh terhadap kesukaanmu untuk berkreasi, bermain game, fanboying/fangirling, mengoleksi figurines, dan lain sebagainya, but as long as they keep you sane kenapa harus terganggu dengan kata mereka?
        Here is another song which hit me home and a picture I bookmarked from Twitter as a reminder. See you on the next writing, Blour πŸ™‹
it says,"via Peteski", but I do not know who that person is

Saturday, September 5, 2020

Childhood Rants

Sabtu, 5 September 2020

        Hi, Blour. I am not so ready to write this one. I was thinking of writing about parents from my POV, like in general, but then I read the list again and it says “your parents”. How do I gonna write this? Hufffffff. Okay, I am okay.
        My parents are just like any other parents, they have their good sides and also less good (from what I think) sides. Nothing special, but I love them. Karena kau tahu, Blour, setiap orang tua pasti memiliki cara masing-masing untuk menjalani rumah tangga dan mendidik anaknya. Aku bersyukur memiliki orang tua seperti beliau. I would not lie to myself, because what I am today adalah karena orang tuaku juga. Jika aku mengingat-ingat cerita mereka, kadang aku berpikir apakah aku bisa sebaik mereka, sekuat mereka? Karena ya, perjuangan orang tuaku terdengar sangat besar dibandingkan aku. Meskipun aku sadar bahwa tantangan tiap generasi berbeda-beda. If I ever gonna be a parent, would I be better or at least as good? Kembali lagi ke kalimat ketiga di paragraf ini.
        Ada beberapa tahun dalam hidupku yang aku rasa sangat diatur oleh mereka. Masa-masa ketika aku duduk di bangku sekolah dasar, hingga awal SMP. Lebih tepatnya ke ibuku sih, eh setelah kuingat-ingat lagi sampai awal kuliah. Semacam beliau menginginkanku untuk bisa mencapai ini itu. Saat aku masih SD, aku diikutkan lomba saritilawah dan pidato bahasa Inggris. Maybe she saw me having the potential to do so. Beliau juga ingin aku bisa adzan di masjid, tilawah, dan ikut pesantren. Tapi, Blour, dari sekian banyak kata-kata motivatif dan persuasif beliau ke aku, yang cukup teringat adalah karena kedua kakakku sudah punya keinginannya masing-masing (redaksi sedikit dirubah). Jadi karena aku masih muda, masih bisa dibentuk lah istilahnya, aku dipakai untuk memenuhi keinginan beliau. Kasarannya begitu. I was quite stressed out back then. Ketika teman-temanku bermain, aku latihan, ketika teman-temanku study tour ke Bali, aku lomba. I was kinda sad. As an obedient kid, I did it anyway. Such a people pleaser. Namun, saat mm aku sudah punya kartu tanda penduduk, aku mulai sadar bahwa yang dilakukan beliau tujuannya baik. Toh dari situ juga aku bisa seperti sekarang. Cukup bisa berbicara di depan publik, cukup percaya diri dengan kemampuan bahasa Inggrisku, cukup mahir untuk lamis dan sepik-sepik, dan masih banyak lagi hal-hal positif yang berawal dari sana. Jiwa kompetitifku sepertinya juga dari sana. Cukup ambis sih aku ini, Blour, tapi ya kadang kalau tidak terpenuhi jadi membuatku cukup stres. Ngomong-ngomong soal tidak terpenuhi dan stres, ada kenangan yang sangat membekas ketika aku kecil. Dulu, kan kalau belanja biasanya ke Indogrosir --salah satu supermarket di Jogja-- Ketika itu, dari rumah aku sudah menginginkan untuk membeli sesuatu. Pokoknya pingin banget! (entah apa aku lupa, makanan atau majalah gitu). Nah, ternyata sesampainya di sana, nggak kebeli. Perasaanku kala itu adalah sedih dan marah, tapi tidak bisa apa-apa. Kalau tidak salah ibuku berkata,“mulane nek kepingin rasah banget-banget, mengko nek ora keturutan iso getun ngene iki” (translate: makanya kalau ingin sesuatu jangan terlalu besar, kalau tidak kesampaian bisa kecewa berat seperti ini). Those words made me even madder, tapi sekarang? Well, she was being realistic. Aku cuma belum sampai untuk memahami kala itu, haha.
        My dad compares to none on being strict. One time there was a pendakian massal saat SMA dan beliau tidak memperbolehkanku untuk ikut. I was obviously sad, because that might be my only chance of mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudra. Begitu pula saat aku KKN, tapi saat itu Gunung Rinjani pascaerupsi, sih, jadi ya....., tapi teman-temanku yang lain mendaki dan tidak apa-apa...aku kan...juga mau :( Kemudian ada lagi, kalau beliau marah, tidak perlu membentak, tidak hanya aku, kakak-kakakku juga pasti merasakan. Ya namanya masih senang kumpul-kumpul ya, haha hihi, berkegiatan bersama teman-teman kadang lupa waktu. Awalnya ditanya jam berapa pulang, kok belum pulang...sampai pada “FAIZ” atau “PULANG”, tanpa tanda seru tanpa tanda titik. Yak di situ saya tahu, tidak bisa lagi untuk negosiasi dan “guys, aku harus pulang ehehehe”.
        Ceritanya lebih banyak tentang ibu ya? Karena memang lebih sering sama ibu, cerita juga ke ibu. Kalau bapak lebih dekat dengan kakak perempuanku. Apa memang kebanyakan begitu ya? Ah tidak juga sepertinya. I thought this post would be emotional, but, turns out to be some kind of rants from my childhood :)) I love you, mom, dad. Please be well. Don't worry about me :)
me with my parents, back in November 2019 saat aku mengantar Bapak Ibu piknik.


Friday, September 4, 2020

Gagal Fokus

Jumat, 4 September 2020

        Selamat malam, Blour, kembali lagi dengan penulisan di malam hari ahahaha. Sepetinya memang susah untukku menulis di sore hari. Padahal tadi sudah selesai kerja jam empat sore, tapi karena sudah lama tidak main Tom and Jerry, aku buka deh, main sebentar. Memang tidak berfaedah hidupku ini πŸ˜“  tapi tidak apa-apa, for my amusement *excuse*
        Anyway, topik kali ini adalah tempat-tempat yang ingin ku.....em.....kunjungi(?). Sebenarnya banyak sih, Blour yang ada di wishlistku dan kebanyakan negara lain. Kenapa? Aku belum cerita ke kamu sih, cuma aku sudah banyak sambat di Twitter tentang pergi dari sini. Tidak hanya berkunjung, mungkin malah menetap ahaha. Baik, langsung saja, pertama adalah negara...EH! Bukan bukan bukan, apakah kamu ingat? Aku pernah menulis tentang tempat yang muncul di mimpiku dan membuatku ingin pergi ke sana which is Puncak Suroloyo. Astaga, cuma di situ doang, tapi sampai sekarang belum jadi ke sana. Bahkan mungkin sewaktu aku kuliah aku sempat lupa ingin ke sana. Tidak usah aku tulis lagi ya berarti, alasan kenapa aku ingin ke sana pun sebatas feeling yang kudapat dari mimpi itu.
        Tempat selanjutnya adalah Irlandia. I want to go there from the influence of a movie, Leap Year (2010) on which I watched two of my favorite celebrities, Amy Adams and Matthew Goode. I really enjoy comedy drama romance genre and this movie is certainly a delight. There seems to be a lot of beautiful landscapes there, even though I am not sure was it CGI or not, tapi kalau aku cari-cari di internet, sepertinya nyata, kecuali beberapa adegan. Ah, setelah ini aku akan menonton lagi. The soundtracks are good too! Eh kenapa malah jadi bahas film... I wanted to enjoy the park they walked around, karena di Jogja hampir tidak ada taman (kota), Blour, untuk sekadar berjalan-jalan, duduk, dan mengobrol. Kalau pun ada....panas. Selain pemandangan, aku suka logat Irish, so fun on my ears as well as British and Scottish.
        Masih ada lagi sebenarnya, tapi aku sudah tidak fokus untuk menulis, Blour ahaha. Ada Jepang, New Zealand, Singapura, dan masih banyak lagi. Tulisan kali ini cukup singkat dan tidak ada foto, maaf ya u,u semoga suatu hari nanti ketika aku sudah mengunjungi salah satu tempat-tempat itu, aku bisa bercerita di sini 😊
        Btw Blour, dapat salam, dari penulisnya Nook.

Thursday, September 3, 2020

Starstruck Lokalan

Kamis, 3 September 2020

        Selamat sore, Blour~ tidak biasanya aku menulis di sore hari begini. Biasanya kejar tayang, menulis di malam hari melawan kantuk dan kenyataan bahwa esok harinya aku harus bangun pagi. Sebelum bercerita, aku ingin berbagi gambar makanan. Makan siangku tadi, salad :) Wadidaw sehat sekali bukan? Berhubung hari ini aku bekerja di kantor tengah kota, mumpung lah ya, mumpung ada promo juga (tetap sahabat promo). Saladnya cukup pricey sebenarnya, dari saladbites.id, jadi aku cari-cari dulu ukurannya seberapa. Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya aku pesan.

South-iest Western (Chicken) Salad Wrap. Contains mixed green, chicken, tomato, onion, feta, corn, red cabbage, apple, crisp with orange balsamic dressing~

        It looks enticing, right? (well, for me) dan tidak sedikit! Kenyang :) Rasanya juga enak. Dressing untuk salad ini adalah balsamic orange and it does taste good!!! Aku akan semakin suka kalau agak lebih banyak. Sayurnya banyak.....πŸ˜’.....haha don't look at me like that πŸ™ˆ Daging ayamnya empuk dan juicy, ada rasa manis dan sedikit asam dari jagung juga dressingnya. No regrets! I will definitely reorder and try for other menu πŸ₯— tidak dalam waktu dekat sih, hahahaha.
        Anyway, let's move on to the topic, a memory. Uh....actually, what I wrote earlier is enough, right? Tapi memang awalnya aku pengen menulis sebuah kenangan di masa aku SMA, so, here it is. Wait, lemme put on a song to help me remember. It's raining too, btw.
        Jadi, ketika aku SMA, I have a huge huge crush on someone. Like enormous. Sepertinya aku sudah pernah menyebutkan ya, Blour, aku bisa tidak suka dengan seseorang hanya dengan sekali lihat dan itu juga berlaku dengan rasa suka pantes ieu mah gampang pisan buat baper *kemudian mengingat-ingat apakah ini sudah pernah aku tulis* well, screw it. Jadi ya, pertama kali aku melihat dia ketika aku masih kelas X. Anjir lah, Blour, kamu tahu kan bagaimana rasanya melihat orang yang begitu charming? Serasa ada efek slow motion dengan filter dreamy, fokus, satu titik hanya itu titik itu tidak bisa berkata-kata, hanya diam dan memandang diikuti berbagai imajinasi apabila aku dan dia bisa berteman aaaaaaaa monangis yuyurrrr *ehem* baik. Kenapa berteman? Ya, menurutku berteman saja cukup. Untukku membuka obrolan saja rasanya seperti mempersiapkan diri sebelum lomba pidato, bagaimana dengan lebih dari teman? Tidak, itu tidak sehat untuk kejiwaan saya, terima kasih :) I have thrown away the thought, but if it is possible I am so okay and ready, anytime. *here comes inconsistency* Hal yang kuanggap memori hanya beberapa, karena memang kami jarang bertemu atau berada di satu tempat yang sama (selain itu sih, kan tidak tentu apa yang kuanggap spesial ini, spesial untuk dia yato yato yato).
        Memori ini terjadi di masjid sekolah. Yep, I know, judge me. Hari itu sudah sore, kebanyakan siswa sudah pulang. Aku? Sebagai siswa wibu yang kebetulan mengetahui username dan password guru untuk akses wi-fi sekolah berdiam di kelas untuk mengunduh anime/manga/film sampai aku lelah bahkan sampai diusir oleh bapak satpam :) Oke baik. Sekolah belum akan ditutup, Blour, masih banyak anak ekstrakulikuler juga yang beraktivitas. Karena aku merasa sudah cukup, aku ke masjid untuk salat, sebelum nantinya pulang. Tap tap tap tap, bukan main taptapheros ya, ini suara berjalan, sampailah aku di masjid. Lihat kanan kiri...kemudian, mataku terpaku pada sepasang sepatu. Sepatu siapa lagi? :)) Anjir lah creepy abis sampai hafal sepatunya yang mana. Welp, aku ada hal lain yang lebih creepy dari itu *breathe* :) Sudah kan, aku wudu, salat dan berharap setelah selesai dia masih ada di serambi...
        EH? Masing dong wkwkkw sampai typo, masih maksudku. Doki doki doki doki, aku sapa, hai. Kemudian kami salaman, cukup lama, sambil ngobrol basa-basi juga. WOEEEEEYYYY INGET LU DI MANA HEEE tersulut api neraka itu tangannya Ahahaha ya gimana ya, ketemunya di sana. Kalau tidak aku manfaatkan, kapan lagi? Untung tidak ada suara assholatu khairum minas salaman *inside joke anak smada dengan sedikit perubahan* Yaaaa kurang lebih begitu, Blour. Kami berpisah dan aku berjalan menuju tempat parkir dengan muka bloon, mengulang-ulang apa yang baru saja terjadi di kepalaku. Rasanya tidak ingin kucuci tanganku, ah tapi tidak apa bekas tangannya tercuci, asalkan memoriku tidak hiya hiya hiya. Apa kabar ya dia sekarang? Semoga pandemi ini segera berakhir, I am looking forward to reunian smada.

Wednesday, September 2, 2020

Little Happiness

Rabu, 2 September 2020

        Selamat malam, Blour! Untung aku masih ingat kalau punya keharusan untuk menulis di sini :)) By the way, setelah aku baca-baca ulang, tulisanku di postingan-postingan lima tahun yang lalu bahasanya lebih tertata. Tidak banyak pengulangan kata seperti “kan, nggak, gitu, sih” dan entahlah, rasanya lebih enak dibaca πŸ˜“ Sebenarnya aku ingin menulis dengan kata-kata yang cukup baku agar pembaca yang menggunakan alih bahasa bisa memahami juga (this was my wish back then). Sekarang aku campur-campur, mirip dengan cara bicaraku sehari-hari, tetapi juga ada unsur kebakuannya (halah).
        Topik kali ini adalah, hal-hal yang membuatku senang, membuat hidupku allokdallok dan seperti orang alkongdalkong wkwkkwkw apasih. I am a simple guy, there are too many things that make me happy. Apalagi kalau suasana hatiku sedang bagus, semuanya terasa menyenangkan. Hal yang sedikit lucu bisa menjadi sangat lucu, bahkan aku bisa menjadi tidak serius dalam menanggapi sesuatu. Agak ekstrem ya, hm. Agar tidak terlalu abstrak, aku tulis yang membuatku senang hari ini.
        Today I woke up feeling fine, why? Because recently I have super weird dreams and that sucks. Aku juga bangun tanpa bantuan alarm pagi ini. Entah kenapa ya, Blour, kalau bangun sendiri itu rasanya lebih berenergi dan puas. Seolah ada suntikan semangat untuk menghadapi hari itu (kecuali mood swing datang menyerang wkwkwk). My paperwork was done smoothly too! Tidak ada yang mengganggu seperti kebelet pipis saat sedang semangat-semangatnya, internet tidak ngadat, dan sudah sarapan! Jarang-jarang nih sarapan cukup fancy wkwkwk. Apa mungkin gara-gara di postingan sebelumnya aku menulis makanan gratis ya? Thanks to my friend yang nun jauh di sana, di pulau tempat saya KKN, memesankan REUSABLE CUP yeeeyy! Semalam saat aku melihat promo di salah satu restoran cepat saji itu, memang berencana ingin membeli hari ini juga sebelum kehabisan persediaan. Eh, kebetulan sekali pucuk dicinta mekdi ulam tiba. Terima kasih banyak~ semoga berkah uwu uwu.

sarapan fancy-ku~ ayamnya lembut dan kenyal, Blour! es krimnya enak banget, nggak ngerti lagi! varian rasa teh botol kue jadul (jahe sepertinya)

        Recently, I have another source of happiness, Blour. Guess what? Yeeeeeaaah, K-Pop imnida. Kalau dari segi artistik mah memang sudah cukup lama aku suka, ini lebih ke sisi menumbuhkan bias (?)haha. Banyak sekali video kompilasi meme dan episode para idol di variety show yang aku tonton, mostly top three girl groups: Blackpink, Red Velvet, and Twice kalau kalian ada rekomendasi video, please tell me! gomawo~ So many talents, lively personalities, and hardwork behind their success. Membuatku cukup merasa ingin bertahan lebih lama, agar bisa mengapresiasi karya-karya mereka. This one also for those artists that I love, thank you and please be well πŸ’—πŸ’—πŸ’—
        There are a lot more to write, tapi menurutku akan masuk di tulisan-tulisan selanjutnya, so, segini dulu saja. Bisa menyelesaikan tulisan ini pun juga membuatku senang. As I am a dedicated procrastinator, satu hal meleset dari rencanaku, wah, kelanjutan dari rencana yang lain bisa ikut tertunda πŸ˜ͺπŸ˜ͺπŸ˜ͺ
        

Tuesday, September 1, 2020

Don’t Unfriend Me, Please

Selasa, 1 September 2020

        Hello, Blour :)) I can not believe I am starting to write here again. It has been almost five years since the last time I wrote here, ya, haha. Kalau di jurnal pribadi sih masih, kadang wkwk. Jadi, apa alasanku menulis lagi? Yaaa tempo hari sempat melihat ada teman di Twitter yang mengunggah tantangan menulis selama 30 hari dan kupikir cukup menarik untuk dilakukan. This is also a way to keep my mind occupied from the chaos happening inside and outside myself.

the list I am talking about. posted by nae chingu

        *going back from taking online personality test* Hai! Aku bingung nulisnya kekmana..... Apakah aku harus membuka kartuku? Rasanya aku ingin menulis sesuatu yang menarik gitu lho untuk dibaca, setidaknya untukku sendiri. Now I think that this challenge is a mistake for meeeeeeeeeee aaaaaaaaa 😭😭😭 mana aku sudah bilang di medsos kan, gengsi dong kalau mundur. Ya sudah, mending trabas aja kaaaaaaaaan, lanjut terus, masih ada yang namanya klarifikasi :))) Jadi, nganu, aku tadi berpikir apakah aku harus membahas hasil dari berbagai tes kepribadianku? The Big Five-lah, MBTI, zodiac sign, golongan darah, atau primbon sekalian? Ribet sih, Iz -_-
        Okay. Baik. Now, how do I describe my personality? 1. Ambivert; 2. Sensitive af; 3. Overthinking is my middle name; and 4. Mood swings. Eh, kenapa terkesan negatif semua gitu ya? wkwkwk. Mungkin sebenarnya bisa dirangkum menjadi satu kata ya? Unstable, tapi tapi tapi tapi I do not want to call myself that. I have to keep myself calm, for my own sake, cuma ya jangan terlalu banyak, nanti mabuk hahaha garing masuk kepribadian nggak sih?
        Ambivert, sudah mulai terdengar lah ya kata yang satu ini. Ada di antara extrovert dan introvert. Beberapa kali ambil tes kepribadian sih hasilnya ini. Kalau nggak ya, extrovert, tapi 50 sekian persen padahal kan aku pendiam :) Kadang bingung sendiri, misalkan lagi mau ada acara kumpul-kumpul, reunian atau semacamnya, eh lagi dalam kondisi introvert. Rasanya jadi nggak enak sama yang lain. Pada haha hihi asik seru, kemudian ada aku yang diem aja atau pelit ekspresi gitu kan atmosfernya jadi agak gimanaaaa. Tapi menurutku jadi ambivert seru juga, kalau lagi dibutuhin buat gapyak bisa, kalau suruh kalem-kalem pencitraan gitu memang sudah jagonya juga bisa. Tetep ada batasnya sih, Blour, kalau kelamaan extrovert ya energinya bakal habis, kelamaan introvert buat pindah ke extrovert jadi agak lama transisinya.
        Sensitif banget aku nih orangnya, Blour. Percaya nggak? Sensitif dan peka itu sama kan, ya? Sampai-sampai karena aku ngerasa terlalu sensitif, nggak jarang aku tahan. For me, being sensitive has its own perks, tapi juga melelahkan. Apalagi kalau sudah berkolaborasi dengan yang nomor tiga. Say goodbye to my extroversion. Bahkan aku yang biasanya doyan makan apalagi gratis bakal nggak tertarik. It is indeed unpleasant. Ekspresi muka, intonasi suara, bahkan gesture saat bicara bisa membuatku berpikir maksudnya apa. Padahal nggak jarang, nggak ada artinya bagi ybs...terutama kalau belum kenal. Sensitif ini juga membuatku cukup berpegang pada feeling. Bisa loh, Blour, aku nggak suka sama seseorang gara-gara feeling. Padahal belum kenal. Liat sekilas gitu dan,"aku nggak suka" 😐 sorry not sorry haha. So, what are the perks? Menurutku sih, sensitif ini membuatku bisa lebih bersimpati dan berempati, lebih bisa mendengar meskipun aku juga suka didengarkan, lebih mudah introspeksi diri, punya self awareness kelewat tinggi kadang jadi nggak pede juga, tapi ini bukan keuntungan. Dari semua itu, aku jadi nggak langsung memutuskan sesuatu, aku mencoba melihat sesuatu dari sudut berbagai sudut pandang. I think I am not bad as a tempat curhat, tapi siap-siap aja, kadang kata-kataku cukup menusuk dan terkesan tidak memihak mereka, Blour, cuma ya menurutku itu wujud tough love aja, biar mereka nggak terus-terusan begitu. Toh, keputusan juga ada di mereka lagi. I am just trying to be objective *pembelaan*.
        Udah jam 11, Blour, kalau lewat jam 12 gagal dong nanti ini challenge-nya... Lanjut sebisaku aja ya. Aku tadi siang nonton video gitu kan, ada penjelasan introvert itu ada empat macam, disingkat STAR: social, thinker, anxious, dan restrained. Masing-masing orang akan berbeda dan bukan tidak mungkin untuk memiliki lebih dari satu macam, bahkan keempat-empatnya. Aku belum cari-cari sih apakah extrovert juga ada macamnya atau tidak. Anyway, trait-ku yang ketiga ini sepertinya ada hubungannya dengan tipe kedua, thinker, cuma agak berlebih gitu wkwkwkw. Tahu sendiri kan, yang berlebihan itu tidak baik. Setelah aku pikir-pikir juga malah ada hubungannya dengan anxious, tapi nggak sampai jadi insomnia gitu. Cuma ya tetep sih, bikin gampang stres, nggak ice cream ice cream chillin' STREAM BLACKPINK GUYSSSS~~~~ xD Eh....bisa empat-empatnya juga....tergantung sikon, auk ah.
        Udah lah ya, terakhir ya (nggak ada yang nuntut juga kali, Iz), mood swing. Paling sering membuatku lelah. Lagi happy happy gitu ngerjain sesuatu kemudian ada suatu hal yang nggak sesuai dengan keinginan, biasanya sih disebabkan oleh orang lain yang tidak memikirkan orang lain atau semena-mena gitu lah atau ya pikiranku sendiri yang kejauhan wkwk kemudian I am no longer happy. Ditekuklah ini muka, Blour. Beberapa temanku ada yang bisa tahu kalau aku lagi bad mood and they prefer to leave me alone. Makasih ya guys, kalian mengertiku awowkowkowk saranghae 🀟
        Sebenarnya masih banyak sih sifat-sifat lain yang menyusun kepribadianku, tapi ya, nggak usah dibahas di sini semua. Nanti ketahuan busuk-busuknya aku nggak menarik lagi atau malah pada nggak mau temenan lagi sama aku πŸ˜”πŸ˜”πŸ˜” Semoga tidak ya, mereka salah satu alasan aku bisa sampai sini
And that is all for my first day, Blour. xoxo