Monday, September 7, 2020

Life is A Pie

Senin, 7 September 2020

        Hey, Blour. *sigh* I am not having the exact mood to write, but I am trying to finish what I started. Today's story is about a favorite movie. Well I'm gonna tell you, I have a bunch so, I'll write you one which I keep in my device ahaha. Lemme mention it that way, cuz I don't want no trouble.
I'm not a big fan of pastry and anything too sweet,
but this movie is an exception 🥧
        Waitress (2007) is a movie about Jenna, a woman, unfortunate enough to begin with I could say yet she has this wonderful gift to invent pies. She lives with a ruthless, unloving husband, all the bad things you could ever imagine. Seperti yang aku bilang sebelumnya, hidup Jenna cukup menyedihkan as in pitiful, not pathetic. She's been always been wanting to run away from his husband, starting a new life. Then one day, she is pregnant. Dimulai dari situ, kondisinya mulai rumit, ditambah pertemuan Jenna dengan dr. Pomatter --dokter kandungan pengganti dr. Mueler yang dulu membantu kelahiran Jenna-- He is a nervous, sweet, and ever loving man. Ya, mulai terbaca ya dari sini arah ceritanya? Okay, I won't tell you further because I don't want to spoil it.
        Film ini menitikberatkan pada Jenna yang merasa terjebak, tidak bisa beranjak dari suatu tempat, ditambah dengan kehamilan yang tidak dia inginkan yang membuatnya merasa semakin tidak bisa lepas dari kondisinya saat itu. Kenapa aku memilih film ini? Karena menurutku ceritanya cukup relatable, bisa dirasakan oleh banyak orang, salah satunya aku, tentu bukan dengan cerita yang sama ya kali aku hamil. Aku bisa berempati karena aku merasa tidak berkembang dan ingin memulai kehidupan yang baru saat ini. Rasanya aku tidak bahagia, tapi aku juga merasa masih bisa berjuang untuk itu. This movie is really captivating for me, tidak membosankan dari awal hingga akhir. Dibalut dalam genre comedy, drama, romance --my favorite genre-- PLUS ada makanan di dalamnya! I think I will never be bored. Adegan-adegan yang membuatku senang, sedih, haru, marah, dan...hangat. That's why I really love this kind of movie. Selain dari tokoh Jenna, karakter-karakter lain pun membawa arti yang besar. Becky dan Dawn rekan kerja sekaligus sahabat(?) yang saling mendukung satu sama lain. Joe, the owner of the diner, I think he is very sweet despite what he is trying to look like.
        Sepertinya ini ketiga atau keempat kali aku menonton film ini. Semakin sering kutonton, aku semakin bisa menangkap beberapa kalimat yang menurutku cukup mendalam. Salah satunya adalah ketika Jenna bertanya kepada Cal, apakah menurutnya dia laki-laki yang bahagia (a happy man)? Cal's answer didn't mean much to me back then, but now? It kinda does. Aku menulis ini sembari menonton filmnya, Blour, and I am certainly having my eyes dry like a pond in a rainy season.
        Just so you know, film ini juga dijadikan Broadway Musical with music and lyrics by Sara Bareilles. I would recommend anyone to have a listen to the album. I really hope someday I can break free from this cage that (I think) I'm trapped in, bring back the fire to my eyes and conquer this thing which slipped in without me knowing...and maybe watch the Broadway version live too 😊

No comments:

Post a Comment