Thursday, August 12, 2021

13 hari bersama Pratista

Hi, Blour! Akhirnya aku merealisasikan juga proyek satu ini, proyek yang sudah satu bulan lewat sebenarnya, haha. Jadi bulan Juli kemarin aku gencar banget belajar tentang perawatan kulit a.k.a. skincare routine, khususnya kulit wajah. My plans were to have a solid basic skincare routine and reduce blackheads on my nose, because it has been there for as long as I can remember. Aku belum pernah ke pusat perawatan kulit sih, jadi kurang yakin juga apakah kondisiku ini sesuai dengan apa yang aku kira. But anyway, I think my plan should be commenced nevertheless. Why? Among other things, karena skincare-ku yang sebelumnya sudah mau habis saat itu, jadi aku mencari produk yang kira-kira cukup bersahabat dengan kondisi keunganku wkwk. Selain itu juga aku ingin menambah dua tahap, yaitu double cleansing dan exfoliating. Biasanya sudah pakai perawatan dasar (cleansing, toning, moisturizing), meskipun tidak rajin-rajin amat.

Waktu itu aku sering banget nonton videonya Mary Angline, menurutku cukup jelas dan menyenangkan untuk disimak, mulai dari morning routine, night routine, skin barrier, dan lain-lain. Juga baca-baca komposisi dan kegunaan bahan di INCIDecoder. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencoba produk dari Pratista #embracelocalproducts. Pertama kali dengar produk ini dari akun TikToknya Reizuka Ari, kemudian browsing sendiri. Aku pilih Paket Acne ditambah Cleansing Oil. Aku agak bingung sebenarnya, mau pilih yang paket acne atau brightening. Pilih paket acne karena was-was misal pilih yang brightening bakal beda jauh antara kulit muka sama badanπŸ’€ I know, I should've asked, tapi ya sudah wkwk (padahal mereka punya form konsultasi konsumen).

voila! ini dia produknya, memang mini size gitu yang paket

Detail produk:
    1. Melt with Me Deep Cleansing Oil, 100 ml (IDR 125k)
    2. Acne Facial Wash, share in bottle 30 ml (kayaknya ini bonus soalnya di daftar yang aku beli tidak ada, thank youπŸ˜†)
Baru yang paket acne (IDR 185k)
    3. Daily Face Wash, 30 ml
    4. All in One Toner Essence, 30 ml
    5. Brightening Liquid Serum, 10 ml
    6. Advance Whitening Day Cream, 5 g
    7. Derma Pure Cream, 5 g

Sudah lengkap banget menurutku, apalagi di satu toko, jiwa ini senang. Aku tidak beli exfoliator karena di rumah masih ada peel off mask, tapi ternyata di night cream (nomor tujuh) ada AHA-nya. Agak deg-degan sebenarnya, karena belum pernah pakai chemical exfoliant. Akhirnya maskernya tidak kupakai, pun night cream kupakai dua kali seminggu saja.

Di antara produk tadi, favoritku adalah cleansing oil-nya. Aroma kelapa, pompanya gampang, dan seperti review-review cleansing oil di youtube, satisfying banget pakainya! Apalagi kalau kerasa ada kotoran yang keangkat beuuhhhh dabestt! Bakal beli lagi sih kalau sudah habis.

My least favorite would be the face wash. Aku tidak begitu suka teksturnya, lengket-lengket slimy gitu kayak lem. Terus pernah airnya masuk mata, perih banget astaga dan lama redanya. Baru ini aku pakai sabun muka yang seperih ini. Pada dasarnya kan memang jangan sampai kena mata ya, but I don't think I will repurchase (tapi yang masih ini tetap aku habisin haha), meskipun di wajahku tidak menimbulkan masalah apa-apa. Meskipun kulitku jadi lembut dan lembab setelah pakai, cuma tidak begitu suka sama teksturnya aja.

Produk yang lain sih oke-oke aja menurutku, tidak begitu yakin harus komen seperti apa karena ini pertama kalinya aku pakai serum dan day/night cream. Hal yang aku sadari setelah produknya sampai adalah adanya beberapa bahan yang cukup menjadi perhatian: parfum, alkohol, paraben, dan SLES. Then again, because my skin is not the sensitive type, it didn't cause any unwanted signs. Cuma menurutku bakal lebih oke kalau bahan-bahan tersebut dicari substitute-nya. Yang jelas aku percaya ke produsen kalau mereka sudah meramu(?) memformulasikan(?) produk tersebut dengan sebaik mungkin, ada riset dan percobaannya. I believe in you guys!

Ya sudin, aku kasih lihat gambar-gambar aja ya, Blour. 
hari ke-0, dahi
hari ke-5, dahi

hari ke-0, hidung
hari ke-5, hidung

hari ke-0, janggut
hari ke-5, janggut

Foto hidung agak meragukan ya? Soalnya pencahayaannya agak lebih terang, maklum pakai kamera hape, kadang auto-nya tidak seperti yang diinginkan (fitur beauty sudah nonaktif btw). Menurutku cukup terlihat bedanya, lebih bersih. Kalau diraba juga cukup halus dan lembab, but you can't do that, can you, Blour? Haha. Selama pemakaian ini yang bisa aku catat adalah:
1. Jangan malas, karena tidak bisa dipungkiri ada hari-hari saat aku merasa malas untuk cuci muka. Apalagi kalau tidak ada agenda apa-apa, kadang mandi cuma satu kali...... (don't judge me)
2. Ganti sprei/sarung bantal/sarung guling rutin. Sekarang sudah rutin sih aku #sebuahpencapaian, satu minggu sekali diganti.
3. Jaga kebersihan rambut. Selama pemakaian ini aku juga di rumah terus jadi rambutku panjang dan menutupi dahi yang membuat kulit dahi ngambek.
Kemudian saya juga ingin mengingatkan kembali kepada diri saya untuk tidak lupa memakai tabir surya untuk meminimalisir dampak dari sinar ultraviolet :)

Kurang lebih seperti itu pengalaman selama 13 hari bersama Pratista, ya meskipun foto yang ditunjukkan hanya sampai hari kelima. Sebenarnya ada foto hari ke-12, tapi nanti jadi jentrek-jentrek kebanyakan. Overall, kulitku cocok-cocok saja dengan produk ini. It was a great experience!
Salam dari hari ke-13 xixixi (udah cukuran)

Monday, July 12, 2021

pascavaksinasi: hari kedua dan ketiga

Senin, 12 Juli 2021

    Hello, Blour! Kembali lagi bersama saya dalam serial tulisan "pascavaksinasi" wkwkkw. Serial jare, emang mau seberapa panjang, Iz? Apa kamu lupa #30dayswritingchallenge-mu yang mangkrak itu? wk. Anyway, harusnya hari kedua itu kemarin kan, tapi ya hehe, ya begini, jadi ala-ala aja digabungin dengan hari ketiga. Alhamdulillah sih masih bisa lanjut menulis, jadi bisa dibilang aman (sejauh ini). Aman kok, aku yakin aman.
    Langsung saja ya, tanpa banyak basa-basi, biar langsung to-the-point seperti beberapa pembuat konten di Youtube. Lengan kiriku rasanya, hmmmm, mantap sekali. Sabtu dan Minggu malam aku tidak mau berbaring menghadap kiri, rasa sakitnya cukup mengganggu. Melepas baju juga rasanya enggan, berasa habis latihan deltoid 😣😣😣 Aku tidak begitu yakin sih, tapi kalau diraba-raba bekas suntikannya itu agak sedikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit bengkak dan hangat. Reaksi berupa pusing dan mata terasa panas sudah tidak terasa lagi sejak Minggu pagi. Jadi total aku minum parasetamol dua dosis saja di hari Sabtu dengan jarak ±12 jam. Oh iya, sepertinya di tulisan sebelumnya aku tidak menyebutkan ada hidung tersumbat ya? Berhubung sampai hari Minggu kakakku mengalami itu, jadi aku sebut aja ya. Aku juga sempat merasa hidungku tersumbat, tapi hanya di Sabtu pagi saja, Minggu sudah tidak.
    Kondisi terkini (hari Senin), pusing❎, mata panas❎, hidung tersumbat❎. Aku tidak mengukur suhu tubuh, Blour, karena tidak punya termometer. Eh ada thermogun ding, tapi aku kurang yakin dengan keakuratannya. Nafsu makan juga sudah baik (sempat berkurang porsinya di hari Sabtu, saat ada gejala pusing). Nyeri di daerah bekas injeksi masih terasa, masih agak sliiiiightly sedikit kemerahan yang efektif dong kalimatnya, tapi sudah tidak begitu mengganggu. Kalau ditekan atau dipakai untuk berbaring juga sudah oke. Kurang lebih begitu sih, sepertinya serial "pascavaksinasi" bisa selesai di sini, ya? wkwkkw. Kalau menunggu sampai rasa nyerinya hilang mungkin akan terlalu lama dan tidak menarik emang tulisan ini menarik? pede kali kau 
    Oh iya, aku mau berbagi juga nih, Blour. Bukan duit, ya saya juga sedang butuh wkwk. Postingan sebelumnya aku sempat bingung kenapa dosis vaksin kedua dijadwalkannya masih dua setengah bulan. Aku nemu artikelnya dari laman WHO tentang vaksin Astra Zeneca (klik pranala kalau mau informasi lebih lengkap). Jadi disebutkan kalau dosis yang direkomendasikan sebanyak dua dosis (0.5 ml/injeksi) dengan rentang waktu pemberian 8 s.d. 12 minggu. Terjawab sudah kebingungan saya kenapa dosis kedua setelah 10 minggu. Tapi sebenarnya muncul pertanyaan lagi, Blour. Kalau vaksinasi hewan nih, di buku vaksin ditempel label vaksinnya, jadi kita tahu: nama produsen, nama vaksin/dagang, isi (penyakit apa), batch, dan tanggal kadaluwarsa dari vaksin yang diberikan. Kenapa di kartu vaksinasi covid ini tidak ya? Ada nomor batch sih, tapi aku juga penasaran dengan nama vaksinnya. Mungkin untuk meminimalisir kebingungan di masyarakat ya?
    Eh, setelah diingat-ingat kalau vaksin multidose yang satu vial bisa untuk lebih dari satu pasien juga tidak ditempel label di buku vaksin. Ada label, tapi terbatas nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Most probably vaksin yang kuterima kemarin juga multidose wkwkwk definisi bingung sendiri, dijawab sendiri.

Saturday, July 10, 2021

pascavaksinasi: hari pertama

Sabtu, 10 Juli 2021

    Halo, Blour! Aku mau cerita. Sesuai judul nih, aku kemarin habis vaksinasi covid-19 di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman. Prosedurnya cukup jelas, antreannya juga. Cuma kemarin tidak sempat ambil foto kondisi ruang tunggu karena tidak kepikiran untuk dijadikan bahan tulisan. Kira-kira ada sekitar 60 kursi tunggu dengan jarak satu meter. Lebih dari cukup, menurutku. Ada toilet juga. Jadi dari lahan parkir sebelah timur kami ke arah utara (menuju tempat vaksinasi), di depan pintu masuk sudah ada petugas, cukup jelas. Kemarin aku vaksinasi bersama kakakku. Dia dapat nomor antrean 36 kalau tidak salah, jadi diminta datang pukul 8 s.d. 9 pagi. Aku dapat nomor antrean 57, jadwal pukul 9 s.d. 10 pagi. Di depan kursi tunggu sudah ada meja berjejer, mulai dari 1. Pemanggilan dan ukur tensi; 2. Anamnesis; 3. Cetak kartu; dan 4. Bilik vaksinasi (bertirai). Vaksinnya apa? Boleh disebut tidak ya? Tidak apa-apa ya, menurutku. Aku percaya pada pembuat vaksin toh tidak mungkin vaksin boleh beredar kalau tidak teruji. Kami dapat Astra Zeneca

ini infografisnya, yang lebih jelas ada di laman instagram

    Gugup juga ya ternyata, biasanya aku hipotensi, tapi saat diukur tensinya jadi normal πŸ˜… Apalagi saat anamnesis, beuh khawatir tidak lolos, tapi alhamdulillah bisa. Setelah disuntik, ambil kartu vaksin dan aku dianjurkan untuk minum parasetamol per delapan jam selama tiga hari. Tapi ya, berhubung aku agak ngeyel, jadi setelah vaksin tidak minum obat. Nanti aja kalau ada demam/pusing baru minum. Beda orang, beda efek nih. Kan aku ngobrol sama kakakku ya, Blour. Dia cerita kalau daerah yang disuntik kerasa sakit, nah aku tidak merasa demikian, chill aja ototku nih. Aku tidak yakin sih, Blour ada hubungannya atau tidak. Karena misalkan aku habis olahraga, pegal-pegal baru muncul dua hari setelah itu.
    Sampai rumah kakakku langsung minum parasetamol, kemudian tidur dan pakai selimut. Aku? Setelah makan nih, tiduran, terus kerasa pegal di bagian belikat kanan, kemudian belikat kiri ikut pegal. Wah, ape nih? Pikirku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur (dengan kipas angin yang menyala). Beda ya? Timeskip aja, malam gitu, pakai skin care, kemudian tidur (00.50). Pas mau tidur ini mulai-mulai kerasa sakit daerah yang disuntik wkwkw mulai agak pusing juga.

✨pagi hari✨

    Mak liyerrrrrr gitu, Blour pas bangun. Hidung kanan agak tersumbat, tapi aku tidak yakin apakah pengaruh vaksinasi atau bukan, karena di Jogja lagi agak dingin ya dua hari ini. Berhubung aku lagi mencoba skin care baru jadi bangun tidur, cuci muka, dst. Kalau tidak sih, pasti aku memilih untuk skip wkwk. Karena pusing dan mata agak panas, aku memutuskan untuk minum parasetamol dan tentunya makan dulu. Pokoknya harus makan, jangan tidak sarapan (agak malas sarapan biasanya). Sewaktu jalan ke kamar mandi, ruang makan, ke kamar, rasa pusing agak berkurang, jadi aku berencana untuk agak lebih aktif daripada biasanya (semoga). Daerah bekas suntikan juga makin kerasa sakit, tapi pegal di punggung sudah tidak terasa. Nanti aku cari tahu deh, apakah perlu pakai masker tidak selama pascavaksinasi ini. Soalnya aku merasa tenggorokanku tidak nyaman (entah karena vaksinasi atau karena makan makanan berminyak dan bersantan).
    Oh iya, vaksinasi kedua masih lama, tanggal 24 September. Aku tidak tahu kenapa dan lupa bertanya juga. Oke deh, besok aku kasih update. Semoga tidak kenapa-kenapa. Stay safe xoxo (virtual tidak masalah kan) wkwk.

Friday, June 25, 2021

it's okay, right?

Jumat, 25 Juni 2021

Hai, Blour. Hari ini ada event Bidoof di Pokemon GO.

Ehm, anyway, I have something on my mind tentang kepribadian, tipe kepribadian lebih tepatnya. Itu loh MBTI MBTI. Shout out kepada Manda, temen aing yang pagi tadi tweetnya muncul di linimasa. Hal itu membuatku teringat, someone told me that ENFP people tend to push people away. It's in their nature, kata dia. Alih-alih mendengarkan khotbah Jumat, aku malah memikirkan, kenapa, ya? ndak og, aku tetep dengerin. tentang tawakkal. As you may already guess, yes, I am an ENFP and what he said to me, I think that is true. Masalahnya, seingatku aku tidak punya tendensi sebesar itu untuk pushing people away. apa sih padanan push people away? mendorong orang? that's weird. menyingkirkan orang? terlalu kasar? Oke, kembali ke laptop. Kalau aku ingat-ingat, aku mulai ada sikap ini sewaktu...kuliah? I have this dear friend of mine, tapi rasa-rasanya dia kok jadi terlalu terikat denganku. Kemana-mana bersama, bahkan misal aku pergi dengan yang lain dia merasa, umm, cemburu? I don't know. Makanya aku jadi merasa agak kurang nyaman begitu ya, Blour. Akhirnya aku bilang ke diri sendiri mungkin ke dia juga atau orang lain bahwa sebenarnya aku paham kode-kode yang dilontarkan ybs, tapi aku tidak menuruti itu, secara sadar. Menjadi seolah-olah tidak peka. Not being a good friend, in a way.....dan sepertinya keterusan πŸ˜… No, I don't blame anyone. Pikiranku siang ini malah membuatku berpikir, kira-kira kenapa begini? And I think I have found the source. Karena, aku susah untuk menolak sesuatu, untuk berkata 'tidak'. I would say that I am a people person as well as a people pleaser.

Apa hubungannya? Kalau aku pikir-pikir ya, dua label tersebut jadi cukup bertumbuk di dalam diri. Imagine the scenario. Kenalan, terlihat ramah dan baik, because I want to do so. Kemudian ada hal yang membuatku tidak nyaman di tengah jalan, I want to refuse, I want to say 'no', tapi sebagai people pleaser, I found it hard to say so. Kemudian muncul lah sebuah sikap untuk coping with the situation, jjaaaang~ ✨boundaries✨ aku jadi menjaga jarak, menghindar, dan tidak berinisiatif. I'm screwed. The worst part? The other party would have that uncomfortable feeling. I think many people can relate to this particular feeling, cuma aku tidak tahu diksi yang tepat haha.

Padahal ya, Blour, I don't want them to leave my life, but for many cases, they do #sadme. I just want to be friends, but sometimes I don't want to do things together. Jadi, kesimpulannya adalah khotbahnya juga sudah selesai I need to work on my saying 'no' to things that I don't want to. Followed by an...explanation......(?) 

Because it's okay to say 'no', right? ...it's okay right?

TAPI KADANG TUH AKU TIDAK MAU DAN ITU TANPA ALASAN, sebatas I am not up for it, paham nggak sih, Blouuuurrrrr????! Au ah.

Dah, begitu saja. and no, I don't type this during the preach.

Friday, June 11, 2021

talking my heart out

Hai Blour,

Suasana hatiku hari ini agak campur aduk. I mean I have had these moods for as long as I can remember, mungkin semenjak kuliah, recurring. Being different is good right? At least it's not bad right? Tapi berbeda di sini tidaklah baik menurut mayoritas orang. If I could change it, I would, Blour. Bertahun-tahun aku mencoba untuk mengabaikannya, mencoba untuk mengembalikannya ke sisi "normal" and at what cost? I was stressed out, the heaviest I ever had. So I try to make peace with myself, even now I'm still trying. Cuz I promised myself that I won't take my own life, not now, not ever.

Aku menjalani hidupku, sebaik mungkin. Kuliah, organisasi, lulus, bekerja, it was going quite okay until...exactly today, one year ago, something major happened in my life atau mungkin bisa dibilang muncul ke permukaan.

It changes everything.

How I see others, how I see myself, how I value myself. I have always been careful, Blour, but what are the odds? Apakah tidak cukup yang kurasakan beberapa tahun silam? I still have hopes before. There are times that I want to share this life with and be happy. Meskipun itu tidak di sini.

No, I still want that to be frank, but who wants to have that life with me? With this living chaotic mess. Am I living tho, I'm not sure.

I used to have big dreams too, but I only have one now, an abstract one. I just want to be happy and not be a burden to anyone. Living my old days alone is fine, dying alone is also fine. *scoff* I'm not gonna lie if it ends today, I'd feel better. Make it quick and short. I would have less resentment for myself that way *sigh* but I guess my time has not come, yet.

My plan now is to find acceptance yang paling penting, dari diriku sendiri. Karena meskipun aku mencoba bertahan dan berjalan, aku merasa masih belum sepenuhnya menerima kenyataan. Kuharap dengan begitu, aku bisa menilai diriku dengan lebih baik and eventually be brave enough to picture myself with someone I care about.


10/06/2020 – 10/06/2021 #stayingalive

Tuesday, October 13, 2020

Style, Bukan Penyanyi

Selasa, 13 Oktober 2020

     Halo, Blour! I'm feeling better now, I suppose. Mari kita lanjutkan tantangan menulis yang tak kunjung kuselesaikan ini. Hari ke-14 ya? Describe my style. Gaya berbicara? Gaya bercanda? Gaya berbusana? Gaya berjalan? Gaya berpacaran? Gaya bermain game? Gaya bernyanyi? Banyak sekali ini macamnya. Jadi bagaimana kalau aku tuliskan yang aku sebutkan di atas berdasarkan komentar dari orang-orang di sekitarku saja? Sepertinya lebih representatif.
    Gaya berbicara | Hah? Ngomong apa? Nggak jelas. | I do mumble a lot. Semacam thinking out loud. Sering juga ada gestur dan mata yang kentara. Kemudian I tend to listen, baru menjawab karena kalau barengan ngomongnya aku tahu pasti suaraku kalah keras kayaknya sih #selfjustification.
    Gaya bercanda | ok, I had enough *left the convo* | Lemme put this meme here for this part.
Woody is literally my friends when I think that I am being funny
Sometimes, I cracked them up with some good jokes too tho (even though I might not realize that they are), but I'm pretty sure 'receh' is my middle name. Lemme quote my friend too,"😐 you and your dry jokes". Mungkin antara receh atau sudah bisa membuat jokes bapak-bapak plis aku masih muda tolong Tapi sejauh ini tidak ada yang menjauhiku karena aku receh...or so I thought.
    Gaya berbusana | Fashion terrorist | I don't think I have a good sense of fashion, so, I'm fine with that. Sebenarnya aku juga pengen gitu berpenampilan bagus...tapi ketanggor fisik. I'm like super skinny and not having fair skin tone #insecurities So I just go with anything that I have and be okay #acceptance #selflove. Baik, gaya berbicaraku bisa ditambah satu highlight, L A M I S :) Kalau mau lihat-lihat biasanya aku seperti apa berbusana, bisa cek instagram, kalau tanpa busana, bisa DM ;)
...
...
πŸ‘okay! I gotta mention that I love formal attires and traditional costumes so, so much! I feel good in them. I'm not sure whether it's the confident boost as well as fanciness or the feeling that I am an entirely different person. Maybe the first one. That is why I am so into occasions like Hari Kartini, Hari Batik, pementasan, prom, etc. Aside from ribet-ribetnya, I would find myself wearing them until the last minute possible. Not high-key hardcore down and all out sih, ya biasa-biasa aja. Here, lemme show you yang udah ada di medsos.
    Gaya berjalan | kalau jalan tuh lengannya digerakin... | this was a remark from high school dari salah satu temanku. He said so because I only swayed my right arm when walking, my left was like...asleep :)) But I walk ordinarily like everybody else, kebetulan pas itu lagi anomali aja.
    Gaya bermain game | cepet banget | I get absorbed rather easily into game, might be considered dangerous. Yang main duluan/ngajak main siapa, yang tamat duluan siapa. Kalau sudah main, bisa lupa makan lupa mandi lupa kamu. Sekarang aku sedang main Genshin Impact, MMORPG Open World yang bisa co-op mode. Biasanya kalau main game role-play begini, aku lebih suka pakai ranged unit (archer/mage) because they are awesome dengan peran cenderung support. Sepertinya cukup sesuai dengan diriku, tidak suka head-on confrontation as how melee unit will fight.
    Gaya bernyanyi | ... | do I have a style tho? All I remember is "baguuuuuuuuuuus" TIDAK, tidak. Mianhae. Ada yang bilang kalau suaraku beda kalau nyanyi, ada yang bilang kalau suara hidungku kelu....arπŸ˜•(sounds weird, I know right), ada yang bilang kurang penjiwaan. | Beda-beda sih, tapi kalau aku boleh bilang, Faiz tuh sering merasa tidak adil karena kebanyakan penyanyi nadanya tinggi, sedangkan jangkauan suaranya tidak sampai sana, Blour. Sering kecethit. Padahal kalau nadanya diturunin, jadi kurang ngena gitu. Sedih dia tuh, tapi jangan bilang ke dia kalau aku yang memberitahumu akan hal ini ya.
    Oke, begitu dulu ya.
    Ya sudah, karena sempat aku sebutkan, aku tulis saja ya.
    Gaya berpacaran | Romantis | :)))))))))))))))))))) lemme breathe. Is it okay to put that impression from my high school ex tho? Meanwhile, my last ex responding to my,"kpn si aku gak romantis"
kpn y... bntr q cri
I'm πŸ’€πŸ’€πŸ’€πŸ˜‚

Thursday, October 8, 2020

Reality Check

Ah, aku sudah lupa mimpi apa semalam. Padahal aku ingin menjadikannya pembuka postingan kali ini.

Menjelang siang tadi aku terbangun dan mendapati gawaiku tanpa energi. Setelah kunyalakan, usap sana usap sini sembari menunggu nyawa siap diajak pergi (kerja). Aku mendapati kabar yang sepertinya gembira untuk orang yang aku ikuti. Aku cukup terkejut, agak tidak percaya, tapi aku senang karena dia masih melanjutkan hidup. Kemudian aku mandi dan bersiap untuk hari ini. Namun, rasanya aneh. Aku merasa sedih. Merasa hidup ini tidak adil. Air terasa dingin dan busa terasa fana. Terdengar seperti aku melebih-lebihkan, ya? Coba yang ini. Tanpa terasa sudut mataku terasa hangat. Setetes air mata turun dari sana, lambat, selambat guliran jariku ketika sedang di dunia maya. Tersendat, terasa berat. Apakah ini air mata yang pekat? Sebelum makna menghampiri benak, segayung air menderu, menghempasnya layaknya realita. Dia tersapu, membisu.

The stress that I felt while telling myself not to be stressed was a total perpetual terror. I thought a single condensed tear was already pathetic, even unrealistic, but a hysterical cry was worse. Eh, but those two expressed rather different feelings, so maybe I shouldn't be comparing them both. Might as well stop comparing myself to others. This time I had caused my coworker a late lunchbreak. Sheesh. Being late because I had to calm myself down never happened before.

I am the one to blame, aren't I? Tapi, kenapa harus aku? What did I do wrong?