Wednesday, December 18, 2013

Destiny Brain-storm

Rabu, 18 Desember 2013


Sudah H-3~ Duh, haha sek jadi nggak fokus nanti.

Jadi sore ini setelah praktikum mata kuliah KHU 1051 IPUK tentang ruminansia di KP4 UGM, beberapa PULUH mahasiswa FKH turun lunch di lantai 3 sebuah mall di daerah Jalan Jenderal Sudirman dengan hina bangganya masih mengenakan baju lapangan ala hansip ijo-ijo dan mendominasi sekitar 5 petak meja, meskipun terpisah. Ini merupakan pengalaman entah ke-berapaku dengan berseragam-hina-ria menuju tempat umum. Yah ini cukup membuat kami berandai-andai untuk mendatangi salah satu tempat umum hanya untuk makan dan bercengkerama dengan mengenakan jas dokter di kemudian hari, amin, haha.

Fokusnya bukan di situ sih, Blour. Cerita intinya itu terjadi sewaktu aku sudah kembali ke fakultas tercinta bersama Garin yang nebeng aku. Kami sudah menunggang kendaraan kami masing-masing dan siap untuk pulang ke rumah, tapi apa daya, suatu topik yang telah dibicarakan selama perjalanan tadi muncul lagi ke permukaan dan bercabang meluas hingga masalah takdir yang dibicarakan ketika kuliah agama minggu lalu, sepertinya. Percakapanku dengan Garin mengerucut hingga masalah jodoh, segala sesuatu yang diciptakan berpasang-pasangan, dan orang yang baik akan mendapatkan orang yang baik juga sebagai jodohnya. Bahwa kiranya takdir itu mengikat dua orang yang telah dijadikan jodoh untuk satu sama lain. Kiranya orang yang menjadi jodoh itu tidaklah baik dari awalnya, tetapi karena keberadaan jodohnya itulah yang membuat mereka saling memperbaiki diri.

Hal itu cukup melegakan dan memberi pencerahan atas keruwetan kinerja takdir. Bukannya bagaimana, entah ini terlalu radikal atau kesannya menyimpang karena berspekulasi tanpa adanya tafsir yang begitu mantap. Lagipula ini hanyalah percakapan antara dua mahasiswa. Kemudian selain itu, aku juga berimajinasi akan semesta ini yang memiliki story line-nya sendiri, memiliki play book-nya sendiri. Mungkin prologue-nya memang mungkin sudah seharusnya begitu, tapi bagaimana kita, manusia, menjalani tiap-tiap chapter itulah yang akan menentukan epilogue dari tiap bagian. Seperti, mungkin memang sudah seharusnya Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan proklamasi, hingga golongan muda pun bertindak dan kemerdekaan pun dapat kita miliki. Kami pun mengingat akan pentingnya do'a dan ikhtiar...

Sekadar intermezzo, kemungkinan pemikiran-pemikiran semacam ini muncul semenjak aku bermain game, game RPG, contohnya Final Fantasy Tactics Advance beberapa tahun yang lalu, dan masih ada hingga sekarang. Bagaimana aku dihadapakan dengan berbagai misi dan merupakan pilihanku sendiri untuk bermain seperti apa.

Kembali lagi, kami pun merasa cukup untuk membicarakan hal takdir. Sepertinya semakin kami bicarakan, semuanya semakin sulit untuk diraih dengan pikiran. Hal yang begitu memesona dan menakjubkan atas kehendak-Nya it is. Subhanallah. Wallahu a'lam.

Sebenarnya masih banyak lagi hal yang kami bicarakan, tetapi tidak akan aku tulis semua padamu. Then again, ini hanyalah percakapan antara dua mahasiswa. Terlalu banyak yang ingin kami pahami, terlalu sedikit yang kami ketahui. Well, Blour, kurang lebih pasti sudah pernah mendengar mengenai "...urusan hasil serahkan yang Kuasa, sekarang berusaha yang terbaik saja." I think I'm gonna stick with these words. Good luck for your life yah! xx