Rabu, 29 Januari 2014
|
Pasir yang masih tersisa di lipatan celana... #soundswrong |
Hello, Blour! Look what I found today! Pasir dari pantai(-pantai) ketika aku survey tempat untuk Gashuku (Jepang: latihan dan menginap) FKTI UGM hari Minggu kemarin tanggal 26 Januari 2014. Kek mana? Kek gini :))
Hari ini agendaku sebenarnya sudah jelas, pagi latihan karate di gelanggang terus langsung gathering PIK-R di Pendhapa Sutardiyan di Jakal sekalian ambil barang. Tiba-tiba aja disms Mono kalau mau survey tempat untuk gashuku, apa aku mau ikut? Gitu. Sebenarnya agak ngaya juga kalau habis dari gelanggang terus menuju utara dan kemudian menuju selataaaaaaaaaan selatan (kemungkinan ke pantai soalnya). Mana waktu itu hujan kan di jakal -_- Yaudah, kapan lagi gitu ke pantai. Siapa tahu aku tidak bisa ikut waktu gashuku, so, ya ayo aja. Haha.
Sampai di gelanggang kira-kira jam 1 lebih, kemudian nitip barang-barang yang ada di tas. Hari itu itungannya ribet banget since aku bawa do-gi, bawa baju ganti, bawa handuk, bawa alat mandi, bawa sepatu dan juga sandal -_- Dan hari ini pertama kalinya aku mandi di gelanggang. Haha. Di situ kami masih menunggu Mbak Vina dan Mas Yoga. Aku sholat dulu.
Personil sudah lengkap + aku. Ada Mas Yoga, Mbak Vina, Mas Bondan, Mono, dan aku. Rasanya tadi harusnya empat orang aja, bonceng-boncengan semua, nah berhubung ketambahan aku Mas Yoga jadi sendirian... Maaf yo, Mas ._.v
Yak! Berangkat! Kami menuju Gunung Kidul. Setelah beberapa jam perjalanan dan membayar retribusi Rp 5.000,00 per orang, semoga aku tidak salah ingat, pantai pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Drini. Kami tiba di sana sekitar pukul 4 dan langsung menuju masjid untuk sholat ashar. Oh? Tentang perjalanan? Ya...lancar...tapi ada kejadian di sebuah turunan, ada bapak-bapak dari arah berlawanan yang membawa rumput gajah dan beliau mendahului bus pariwisata ._. Di depan motorku ada tiga motor termasuk motor Mas Yoga, ya sempat bersenggolan, untungnya tidak ada major wounds.
Sudah-sudah. Di Pantai Drini kami hanya melihat....melihat begitu banyak perubahan. Kata Mas Yoga dulu Pantai Drini itu luas, sekarang sudah banyak bangunannya meskipun hanya sederhana. Kalau aku mencari gambar Pantai Drini di internet, pantainya luas, dan sepertinya cocok untuk dijadikan tempat gashuku. Akan tetapi tadi terlihat sempit, ya memang belum melihat keseluruhan sih, tapi daripada kami salah fokus di situ, kami melanjutkan perjalanan.
Pantai selanjutnya adalah Pantai Krakal. Pantai yang bisa dibilang cukup luas, sayangnya sudah ramai dan kemiringan pantai tidak pas untuk latihan. Kami hanya selayang pandang saja di pantai ini. Kami lanjut menuju arah timur dan tiba di entah pantai mana. Kami memutuskan untuk menggunakan uang parkir kami sebaik mungkin, jadi kami berhenti sebentar dan kemudian berjalan ke pantai sebelahnya, Pantai Sundak. Kami menyusuri pinggir pantai sambil berfoto-foto~ (kebetulan Mono membawa kamera). Pantai Sundak cukup luas, akan tetapi tidak cukup landai untuk dijadikan tempat latihan :|
|
first photo! |
|
#mencobakeren |
|
yak, anda bisa melihat bagaimana kami salah fokus haha |
Lalu kami memutuskan untuk melanjutkan pencarian. Kami menuju Pantai Pok Tunggal dan melewati Pantai Indrayanti since kami tahu bahwa Pantai Indrayanti sudah ramai akan pengunjung. You've got to know,
Blour bagaimana medan jalan menuju pantai Pok Tunggal! Harus constantly on break, kalau tidak ya bakal meluncur di turunan dengan medan yang penuh dengan kerikil kehidupan itu *eh* #malahngopo Motorku berasa rontok -_- Dan warning ada turunan yang cukup curam, dilanjutkan dengan permukaan jalan yang kurang menyenangkan untuk motor matic saya. Tip! Matikan motor mesin selama turunan, hemat bensin...sepertinya :| haha. Dan kondisi motorku adalah bensin sudah pada batasnya...apa aku bisa tuntas ketika pulangnya kemudian? ._.
|
suasana bagian timur |
|
suasana bagian barat |
|
don't forget about the (almost) sunset ;) |
Kami memarkirkan motor dan memulai survey. Kami bertanya-tanya mengenai penginapan dan perizinan menggunakan lahan untuk latihan. Yang aku ingat hanya membayar Rp 5.000,00 sebagai uang kebersihan apabila mendirikan tenda. Kami segera move on dan tidak menikmati sunset terlebih dahulu...belum ada calon tempat yang pas dan sudah sekitar pukul 5 saat itu. Kami mulai lapar dan menghabiskan perbekalan yang tersisa. Aku sempat bertanya tempat untuk membeli bensin, antara di dekat tempat parkir atau di parkiran lama di atas. Kata bapak penjaga parkir sih bensinku masih cukup sampai dusun, cuma, kan...ya ya sudah beli bensin saja. Aku senangnya di sini, orangnya ramah-ramah :)
Setelah melewati tanjakan, kami menepi. Aku membeli bensin dan kami bercakap-cakap dengan dua orang bapak yang ada di situ, menanyakan pantai yang kira-kira sesuai untuk mengadakan gashuku. Kami tidak bertanya nama beliau -_- tetapi beliau-beliau menyarankan untuk ke Pantai Slili atau Pantai Sruni. Bedanya, Pantai Slili kembali ke barat, Pantai Sruni menuju timur; Pantai Slili sudah ada penginapan dan jalannya lebih mudah, Pantai Sruni belum dibuka jadi belum ada penginapan hanya saja akses ke sana lebih bagus daripada Pantai Pok Tunggal; Pantai Slili kemungkinan sudah ramai, Pantai Sruni masih sepi. Selagi kami bercakap-cakap, Mbak Vina dan Mas Bondan membeli buah srikaya yang juga dijual di situ :3 Harga bensin di sini Rp 8.000,00/liter dan buah srikaya Rp 10.000,00 dapat satu plastik kresek medium.
Kami akhirnya memutuskan untuk menuju Pantai Slili yang memiliki penginapan. Bapak yang tadi berkata bahwa Pantai Slili berada setelah jalan aspalan habis...dan ternyata yang dimaksud adalah pantai yang sudah kami kunjungi tadi, pantai yang kami tidak tahu namanya apa ._. Oh well, harus kemana lagi ini? Lalu siapa aku lupa, menyarankan Pantai Sepanjang yang sudah kami lalui persimpangannya begitu saja ketika dalam perjalanan menuju Pantai Drini. Okay, Pantai Sepanjang it is! Kami mampir sholat maghrib di sebuah masjid kecil yang alhamdulillah kami temui saat perjalanan.
Finally! Kami tiba di Pantai Sepanjang dan memang panjang ternyata... *Kemudian lagunya Tetty Kadi mengiringi, jalan kenangannya diganti Pantai Sepanjang* Oke fokus. Kami tiba di sana ketika adzan Isya' berkumandang. Kami langsung menuju sebuah warung dan menanyakan hal-hal yang perlu kami ketahui. Kemudian kami menuju pantai untuk melihat kondisinya. Ini pertama kalinya aku ke pantai ketika hari sudah malam, untungnya ibu penjaga warung meminjami kami senter~
|
foto dulu~ terlihat bulukan ._. |
|
this is the space, we should've went here when the sun is rising instead :| |
Kami menyusuri pantai yang menurut bapak penjaga warung sedang hampir surut. Pantai cukup landai untuk latihan dan bagus. Kalau menurutku, bibir pantai ini seperti sungai, banyak bebatuan dan karang dan air yang mengalir dari timur ke barat. Kami lanjut berjalan menuju timur dan akhirnya sampai di permukaan yang bisa dibilang cukup rata. Tok! Ini calon! Tinggal menanyakan lebih lanjut mengenai penginapan. Berkisar Rp 100.000,00 - Rp 350.000,00/malam untuk 50 orang belum termasuk tambahan biaya kamar mandi. Well itu bisa dipikirkan kemudian.
Sebelum kami pulang, kami sholat terlebih dahulu di sebuah masjid yang ada di pantai tersebut yang menurutku juga merupakan salah satu kelebihan dari pantai ini.
Dalam perjalanan pulang, kami beristirahat terlebih dahulu dan membeli makan di Bakmi Jawa dan Nasgor Pak Man di Jalan Wonosari...sepertinya. (Alhamdulillah) Sesampainya kami di kota, kami menutup hari ini dengan wedang ronde bunderan UGM dan buah srikaya yang masih tersisa.
|
group photo yeaaaaah~ |
Begitulah cerita hari itu~ Glad we made it home, thanks everyone! Semoga bisa menemukan tempat yang tepat~ xo