Wednesday, December 24, 2014

Eksistensi, Frekuensi, Kontradiksi

Rabu, 24 Desember 2014


hai Blour, beberapa orang mungkin menghabiskan malam pada tanggal ini dengan berkumpul bersama keluarga mereka, di rumah, atau di tempat lain. Tidak begitu berbeda denganku, aku berada di tempat lain, dan bersama keluarga...yang lain.

Singkat cerita, mengenai suatu tempat di Jogja, tempat nongkrong atau meet up dengan siapapun itu yang pertama kali aku tahu eksistensinya ketika aku masih usia 15 tahun, kurang lebih. Tempat yang biasa saja menurutku, standar, tetapi tetap teguh berdiri di tengah keramaian kota, dengan beberapa pengunjung yang datang dan pergi. Tidak sepi, tidak begitu ramai, lebih ramai lingkungan di sekitarnya.

Dahulu, pertama kali aku ke sini, aku sempat berpikir bahwa tempat ini mungkin tidak akan bertahan cukup lama, tetapi siapa sangka, sekarang berkembang sangat jauh dari pertama kali aku ke sini. Mungkin ini kedua atau ketiga kalinya aku mengunjungi tempat ini. Cukup nyaman kok, meskipun cukup bising seperti yang telah aku sebutkan. Ditemani segelas eskrim yang setengah penuh dan tiga roll sushi yang belum termakan, juga lagu yang diputar tidak sesuai dengan genre-nya, tidak masalah.

Aku berpikir, apakah orang-orang di sekitarku sekarang sering datang ke tempat ini? Apakah mereka pelanggan tetap yang selalu menyempatkan diri untuk datang ke tempat ini? Mungkin tidak, siapa yang bisa melakukan hal seperti itu? Once in a while, ketika pergi ke suatu tempat, sepertinya akan lebih menyenangkan ketika mendapatkan suasana baru. Bukan begitu? OH? Bukan ya? Tapi seperti itu yang aku pikirkan, Blour.

Aku tidak habis pikir dengan orang-orang yang selalu pergi ke tempat yang sama, bahkan terhadap Ted Mosby and the Gang. Frekuensi yang terlalu sering, atau itu saja yang aku lihat atau yang diceritakan? Mungkin aku akan merasa aneh ketika selalu datang ke tempat ini lagi dan lagi, bosan. Itulah mengapa aku butuh interval...atau mungkin tidak. Interval mungkin tidak se-membantu itu. Ada faktor lain, bukan, bukan tempat lain yang menjadi faktor lain, tetapi aku sendirilah yang menjadi faktor itu. Ketika aku sudah merasa berbeda dengan tempat ini, rasanya akan tetap berbeda, berapa lama aku mengubah interval untuk ke sini, merubah frekuensi, atau merubah destinasi.

Kontradiktif, memang.

No comments:

Post a Comment