Senin, 17 Juni 2013
Halo Blour! Sudah H-1 SBMPTN, mari do'akan teman-teman agar lancar semuanya dan diberikan yang terbaik :)
Ide dari postingan kali ini muncul ketika aku berkunjung ke salah satu rumah temanku di Jalan Parangtritis. Agenda menyerahkan data proyek malam itu berujung pada diriku yang spacing-out seperti orang kehilangan arah. Semuanya bermula ketika kami berada di warung pecel lele. Mungkin aku terlalu melebih-lebihkan ini, jadi aku meminta maaf sebelum melanjutkan menulis. Aku merasa sedih dan juga berpikir untuk masa depanku besok ketika aku melihat seorang ayah paruh baya berumur 30-an tahun yang sedang menyuapi putrinya. Beliau datang bersama keluarganya, seorang istri dan seorang anak yang lebih muda dari putri mereka.
Perhatianku lebih tertuju pada sang ayah yang hanya berpenampilan biasa saja dengan raut wajah yang terlihat lelah. Sepertinya baru saja pulang kerja. Sang istri sempat berdandan, mengenakan kerudung hijau dengan bros lingkaran yang ada di sisi kepala. Entah mengapa aku merasakan gejolak. Gejolak yang sepertinya jika aku menjadi sang ayah akan berkata,"Seharusnya aku bisa lebih dari ini." Kalimat yang lebih cenderung ke penyesalan. Dalam yang mengambang. Pisau yang masih tertancap.
Aku hilang cukup lama dalam pikiranku, kemudian aku memperluas jarak penglihatanku. Aku melihat pasangan muda dengan seorang anak berumur sekitar 3 tahun. Lagi-lagi perhatianku kepada sang ayah. Terlihat berumur di akhir 20-nya. Pikiranku muncul sebagai,"Apa iya anakku makan pecel lele terus?" Kadang aku kehilangan kendali atas pikiran-pikiranku. Untuk beberapa kali bisa membuatku diam untuk waktu yang cukup lama, bahkan terlampau lama.
Namun hal yang paling menyedihkan dan memuakkan dari itu semua adalah perasaan melewatkan sesuatu. Perasaan ketika kamu merasakan sesuatu yang cukup kuat, tetapi tidak ada kata-kata yang bisa keluar untuk menggambarkannya. Perasaan itupun hanya menjadi bongkahan yang menyumbat hati. Sesak. Semalam aku mencoba mencari hal atau cara atau apapun itu yang bisa memecah bongkahan-bongkahan ini. Ujungnya hanyalah kelelahan yang membuatku tertidur dengan masih menggendong tas punggungku.